Oleh: Dr. Nurhadianto, M. Pd – Ketua PW. Pemuda Muhammadiyah Kalimantan Barat
Pemuda dari Gowa Sulawesi Selatan membuat sejarah baru pada organisasi otonom Muhammadiyah, ketika tersebut nama Gowa maka ingatan semua orang akan terfokus pada Ayam Jantan Dari Timur yaitu Sultan hasanuddin, beliau adalah Sultan Gowa ke-16 yang memimpin Kerajaan Islam Gowa-Tallo dari tahun 1653-1669. Ia lahir pada 12 Januari 1631 di Makassar, Sulawesi dan meninggal pada usia 39 tahun pada 12 Juni 1670 di Gowa, Sulawesi. Ia dikenal sebagai pemimpin yang sangat gigih melawan Belanda dan pandai dalam berdagang.
Dzulfikar Ahmad Tawalla adalah putra Gowa yang mewarisi semangat juang Sultan Hasanuddin. Karakter Kepimimpinan melekat pada dirinya, kerja keras dan inteletual serta kemadirian sudah mengalir deras seperti darah pada nadinya. Dzulfikar Ahmad Tawalla menjadi ketua Umum Pemuda Muhammadiyah pertama dalam sejarah organsiasi ini berdiri di pimpin orang yang berasal dari Timur. Belahan timur adalah tempat terbitnya matahari, seperti bait dalam mars Muhammadiyah yang berbunyi “lihatlah matahari telah tinggi di ufuk timur sana, seruan illahi robbi, sami’na wa atha’na”. Dzulfikar Ahmad Tawallah adalah cahaya dari timur itu, cahaya yang menyibak kegelapan dan membawa pencerahan. Kegelapan memiliki makna sebuah ruang hitam yang membuat buta dan tuli, maka diperlukan sebuah dobrakan agar secercah cahaya masuk untuk menerangi ruang yang gelap dan meneroboskan suara agar tulinya terusir. Cahaya itu adalah gagasan-gagasan bernas yang sampaikan pada pidato iftitah ketua umum terpilih. Fikar biasa beliau di sapa, menerangkan bahwa Pemuda Muhammadiyah dalam konteks Pemuda Negarawan bisa diwujudkan ke dalam empat pilar gerakan.
Pertama, Pemuda Negaranwan merupakan pemuda yang berjuang meneguhkan pondasi spiritual sebuah bangsa. Menurut Sejarawan Arnold Toynbee, sepanjang sejarah, peradaban besar yang bertahan lama, memiliki pondasi spiritual. Pondasi itulah yang menjadi pengikat moral untuk bekerja sama dan berkolaborasi dalam membangun dan mengembangkan peradaban.
Dalam konteks itulah, Pemuda Muhammadiyah berupaya mencetak negarawan, yang menjadikan agama sebagai landasan moral, spiritual, dan etika dalam kehidupan bernegara serta berjuang agar segala peraturan perundang-undangan tidak bertentangan dengan moral agama.
Secara khusus, Pemuda Muhammadiyah meneguhkan diri sebagai Gerakan Islam Berkemajuan. Islam Berkemajuan merupakan Islam yang kosmopolitan.
Kosmopolitanisme merupakan kesadaran tentang kesatuan masyarakat seluruh dunia dan umat manusia yang melampaui sekat-sekat etnik, golongan, kebangsaan, dan agama. Implikasi dari kosmopolitanisme tersebut, yaitu adanya rasa solidaritas kemanusiaan universal dan rasa tanggungjawab universal kepada sesama manusia tanpa memandang perbedaan dan pemisahan jarak yang bersifat primordial dan konvensional (Tanfidz Muktamar Muhammadiyah Yogyakarta, 2010:18).
Pilar ini merujuk pada QS Ali Imran ayat 110:
Kuntum khaira ummatin ukhrijat lin-nāsi ta`murụna bil-ma’rụfi wa tan-hauna ‘anil-mungkari wa tu`minụna billāh
(Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah).
Kedua, Pemuda Negarawan juga bisa berwujud pemuda yang menjadi penggerak ekonomi masyarakat. Namun perlu ditegaskan, bahwa Pemuda Muhammadiyah bukan sekadar mendorong pemberdayaan ekonomi untuk sekadar mobilitas sosial personal, melainkan semangat solidaritas sosial, bergotong royong saling memajukan. Spirit memberdayaakan kaum dhuafa dan mustadhafien, misalnya melalui penguatan UMKM. Inilah salah satu pembeda, gerakan ekonomi yang ingin kita lakukan secara kolektif di Pemuda Muhammadiyah.
Salah satu ayat yang bisa dirujuk Surat An-Nisa Ayat 29
Yā ayyuhallażīna āmanụ lā ta`kulū amwālakum bainakum bil-bāṭili illā an takụna tijāratan ‘an tarāḍim mingkum, wa lā taqtulū anfusakum, innallāha kāna bikum raḥīmā.
(Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.)
Ketiga, Pemuda Negarawan adalah pemuda yang memiliki basis intelektual yang kuat. Kaum intelektual, mampu merefleksikan persoalan sosial dengan basis keilmuan yang dimiliki. Setelah itu, mereka berupaya mencari jalan keluar dari situasi sosial tersebut, baik dengan pendekatan saintis dan teknokratis, maupun advokasi.
Posisi kaum intelektual, salah satunya disebut dalam Surat Al-‘Ankabut Ayat 43:
Wa tilkal-amṡālu naḍribuhā lin-nās, wa mā ya’qiluhā illal-‘ālimụn
(Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.)